Apakah Boleh Berbuka Puasa dengan orang non Muslim?

Tags

Hujan lebat lebat di hari ketiga Ramadan. KN datang dengan mobil baharunya, menjemputku di kantor.

"Tak usah kerja kuat sangat. Yang atas tetap dengan kepala membandel mereka, "ujar KN mengingatkan.

Aku cuma tertawa ringan. Tawa itu kubiar tewas dengan pertanyaan, "Kita berbuka di mana?"

pilihan Editor

'Lembah Pantai macam ada 2 wakil rakyat'
"Kajang."

Tentu meredah jalan raya, khusus Jalan Reko untuk menuju ke Kajang, di dalam hujan adalah sedikit kebodohan. Kendaraan sering terganjal. Jalan raya macet. Genangan dan lecak air di mana-mana.

Di beberapa bagian jalan raya, air melimpah dan membanjir secara kilat. Kami di dalam mobil, sesekali tersengguk dek mobil yang lain berhenti mendadak. Lampu sinyal seolah buntu tidak berfungsi.

KN tiba-tiba membuka persoalan. "Kalau bisa berbuka puasa dengan seseorang yang bukan Islam, kau ingin berbuka dengan siapa?"

Memang demikian teman-temanku, suka membuka persoalan yang menantang kreativitas, dan mengajak agar akal diasah.

"AC Grayling. Adele. Lupita Amondi Nyong'o. Arundhati Roy barangkali. "

KN tertawa. Entah apa yang lucu.

"Eh, sudah baca catatan Facebook yang dipertua PAS Gombak, Salehhuddin Nasir?"

Aku mengangkat bahu. "Apa tulisnya?"

"Lebih kurang bunyinya begini: Menyebalkan menyampah aku tengok pemimpin DAP buka puasa sekali dengan orang Islam. Menyebuk je. Waktu lain buat pesta arak dan pesta onani. Haram jadah sungguh. (Kepada) orang Islam, Allah dah sebut lakum di nukum waliyadin. Sorry saya tak perlu pandangan sufi tasauf di sini. DAP musuh Islam. PAN (Partai Amanat Nasional - AMANAH) PKR macai DAP! "

TERKAIT:
Berbedanya PAS dulu, sekarang
Jaga tulisan wahai ahli PAS

Aku diam.

Kendaraan makin melimpah di atas jalan. Tujuan yang dituju belum tentu. Kaca depan mobil ditimpa air bertalu-talu.

"Bisakah kita berbuka puasa dengan orang bukan Islam?" KN menjolok.

Kubota Shun di Masjid Kuala Kangsar

Aku diam, pandangan mataku di luar. Pengendara sepeda motor yang kuyup. Hatiku merasa belas.

"Helo, dengar tak?" KN semacam mendesak.

"Ada hadis lebih kurang berbunyi begini terjemahannya:" Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya ".

Untuk aku, saat kebahagiaan itu, yakni ketika berbuka, bisa saja dirayakan dengan siapa pun yang si berpuasa itu merasa bahagia dengannya. Biar dia Angelina Jolie, Rihanna, Selena Gomez ... hak dia sendiri.

Giliran KN tertawa. "Jadi, kalau ada orang bahagia berbuka dengan agamawan yang menjual meja hidangan buka puasa dengan harga RM30,000, maka persilakan? Jadi, jangan pertikaikan mereka yang ingin berbuka dengan Bruno Mars? "

Aku memasang wajah serius. Bukan aneh mengundang bukan Islam ke masjid, atau untuk berbuka. Bukankah wakil tentara Jepang yang menduduki Perak, Kubota Shun, diundang berbuka puasa di Masjid Kuala Kangsar?

Benakku membayangkan, pada tahun 1942; dimulai 11 September, Kolonel Watanabe yang memimpin Military Administration (M.M.A) di Tanah Melayu telah menyantuni orang Melayu yang kebanyakan beragama Islam.

Ini berarti ketika pendudukan Jepang, orang Melayu diberi muka. Untuk pekerja Melayu, yang tidaklah begitu banyak, mereka diberi izin pulang awal ketika bulan Ramadan tahun 1942 itu.

Bahkan menjelang hari raya mereka diberi bonus. Ketika itu, Sultan Perak yang ke-31, Sultan Abdul Aziz al-Mu'tasim Billah telah bertitah bahwa beliau senang dengan kebebasan beragama yang dipraktekkan oleh pemerintah Nippon, dan betapa pemerintah Jepang menunjukkan minat yang besar pada ibadah di bulan Ramadan:

"For the freedom allowed by Nippon Government in the matter of religion. I am inclined to say the Nippon Government must took a great deal of interest in the fasting month of Hari Raya."

Insiden ini direkam oleh Yoji Akashi dalam Japanese Military Administration di Malaya-Its Formation and Evolution in Reference to Sultans.

Apa masalahnya do'a dengan mereka yang bukan Islam?

"Kau dengar tak? Desak KN lagi.

Aku menjawab, "Orang Melayu biasa buat tempat dan berjamu dengan orang bukan Islam."

Do'a dengan bukan Islam?

KN bertanya kembali, "do'a dengan bukan Islam? Seperti, mereka makan babi dan kita makan yang halal; tapi duduk atas tikar sekali? "

Aku angguk.

"OMG, like seriously?"

"Ya, John Turnbull Thomson, yang merekam kehidupan hariannya di Tanah Melayu antara tahun-tahun 1838 ke 1853, dalam buku Glimpses Into Life In Malayan Lands menjelaskan beliau antara lain diundang do'a di Penang.

Dalam bab berjudul The Kinduri beliau menceritakan perihal bagaimana orang Melayu, Cina dan India duduk sekali di dalam sebuah pesta. Orang Melayu menjamah makanan sendiri, sementara yang Cina memakan babi, adapun India memakan kari. "

Artikel Terkait