Suku Asing Menguasai Ekonomi Mengalahkan Suku Melayu

Tags

Minggu lalu saya membuka persoalan konsep budaya penakrif. Budaya penakrif adalah budaya induk. Dalam semua negara bangsa ada budaya induk yang mengikat dan ring negara bangsa. Budaya induk yang harus diterap, dikembang dan diampuhkan di Tanah Melayu adalah budaya Melayu. Ini karena budaya Cina dan India, Bangla dan, dan, dan, adalah budaya pendatang.

Budaya penakrif lahir dari pasir, dari lumpur, dari hutan, dari sungai, dari sawah, dari rawa alam Melayu.

Di mana-mana di pelosok dunia ini - di Eropa, di Afrika atau di Arab - budaya penakrif adalah budaya asli. Yang datang kemudian akan memperkaya budaya penakrif yang tersedia ada. Yang datang kemudian dirayakan bersama.

pilihan Editor

Anak bangsawan tak mengerti jerih mantan tentara
Ada berapa negara terkecuali dari hukum sosial ini. Ini agak berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara yang didefinisikan sebagai negara pendatang atau Settler state. Contoh negara Settler state adalah Kanada, Amerika Utara, Australia, Selandia Baru, Israel dan Singapura.

Kita menyaksikan bagaimana dalam negara imigran ini budaya asli tenggelam atau hampir punah. Atau hari ini hanya dijadikan bahan menarik wisatawan. Bani Melayu di Singapura, Bani Maori di Selandia Baru, Bani Indian di Amerika, Bani abo di Australia dan Bani Palestina di Israel. Di negara-negara ini budaya asli telah tenggelam oleh pendatang baru - kaum imigran - yang jumlahnya cukup tinggi. Jumlah besar ini akhirnya berhasil menumpas yang asli.

Tapi kenapa di Tanah Melayu, mayoritas Bani Melayu tetapi terlihat budaya Melayu gagal untuk menjadi budaya penakrif?

Jawabnya ekonomi, ekonomi dan ekonomi.

Dan dalam tulisan ini saya ingin menjelaskan bagaimana ekonomi menggagalkan munculnya budaya penakrif Bani Melayu yang kompak, tersusun dan berwibawa.

Ketika Siam, Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang datang menjarah ke Tanah Melayu, Bani Melayu telah memiliki adat istiadat dan budaya. Bahkan sebelum Islam Arab datang, Bani Melayu telah memiliki agama, kepercayaan dan Dewata Mulia Raya.

Dewata Mulia Raya ini saya ajukan ini dibuktikan wujud melalui bahan arkeologi di Lembah Bujang Kedah. Saya juga mengajukan prasasti Kuala Berang sebagai artefak tertulis tentang keberadaan Dewata Mulia Raya - tuhan Bani Melayu sebelum masuk Islam.

Peradaban Bani Melayu berbasis ekonomi pertanian di era Lembah Bujang. Bani Melayu ke sawah berpadi. Ke hutan mencari buruan. Ke laut, sungai dan rawa untuk menimba ikan. Bahkan lebih tepat lagi pada saat itu ekonomi Bani Melayu tidak tergantung pada mata uang. Jual beli dalam pemahaman kita hari ini tidak ada. Jual beli yang ada adalah ekonomi bertukaran atau butter trade. Ini dasar ekonomi sebelum sampainya sistem ekonomi kapitalisme yang dibawa oleh Inggris.

Inggris memperkenalkan sistem ekonomi kapitalis. Ini untuk memastikan kekayaan Tanah Melayu ini dapat dibongkar untuk membangun kota London dan budaya Anglo-Saxon.

Kedatangan Bani Cina dan Bani India - yang di bawa dari daratan Cina dan Bharat ini bertujuan untuk menjarah dan merampok harta kekayaan Tanah Melayu dan membongkar kekayaan ini ke London.

Kuasa ringgit, pitis, kupang

Penjarahan ini hanya dapat dilakukan dengan bantuan kaum buruh Daratan Cina dan Bharat. Bani Melayu yang hidupnya 'lumayan' tidak ingin menjadi hamba Inggris. Dibandingkan dengan Bani India yang di paksa atau Bani Cina yang merempat kelaparan dari Daratan.

Maka adalah logis bagi Inggris untuk menggunakan pertukaran tenaga buruh dengan ringgit dan sterling. Maka sistem ekonomi kapitalis diperkenal. Kuasa ringgit, pitis, kupang memasuki ke alam Melayu.

Bani Cina dan Bani India adalah kelompok pertama yang dikembangkan dalam sistem ekonomi kapitalis ini. Jangan silap faham, Bani Cina yang duduk di pekan dan kota telah lebih awal menikmati kesejahteraan yang diciptakan oleh sistem kapitalis. Ini karena Tuan Elis dan Tuan Evon, Tuan OCPD dan Tuan DO semuanya duduk dalam pekan dan kota. Justru Bani Cina menikmati lebih awal air dalam besi dan api dalam kaca.

Ekonomi kapitalis ini lebih kokoh dan lebih rakus dari ekonomi pertanian cukup makan cukup pakai Bani Melayu. Ini kenyataan dari hukum evolusi perkembangan ekonomi.

Kekuatan awal ekonomi kapitalis Bani Cina ini telah dibantu pula oleh jumlah Bani Cina yang masuk ke Tanah Melayu. Sebagian dibawa secara resmi oleh Inggris. Banyak juga yang datang sama seperti Bangla, Nigeria, Myanmar dan Vietnam yang hari ini mendobrak masuk secara ilegal ke alam Melayu.

Justru kota dan kota di seluruh Tanah Melayu dimiliki oleh Bani Cina. Dengan jumlah yang besar, akhirnya Bani China tidak ambil pot terhadap budaya Bani Melayu. Kekuatan ekonomi dan jumlah adalah hukum sosial yang membuat Bani Cina ini lebih angkuh jika dibandingkan dengan Bani Cina yang berada di Indonesia atau di Siam.

Kalau di Indonesia, mungkin ada Bani Cina yang tidak tahu berbicara bahasa Indonesia. Mustahil. Tapi di Tanah Melayu masih ada.


Artikel Terkait